Buku Sekolah Digital

Jumat, 19 Mei 2017

Perpisahan Kelas IX SMP Negeri 5 Satu Atap Satui Tahun Pelajaran 2016/2017

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua

Setelah cukup lama vakum (sebenarnya cuma 2 bulan lebih, 😋) karena padatnya agenda kesibukan saya sebagai pendidik di sekolah ini akhirnya saya juga sebagai penulis kembali bisa menyapa para pengunjung di blog sekolah kami yang tercinta ini sekaligus menyisipkan beberapa agenda yang sayang jika tidak dipublikasikan di sini.

Baik langsung saja, kemarin Selasa, 16 Mei 2017 telah dilaksanakan acara perpisahan kelas IX di SMP Negeri 5 Satu Atap Satui tahun pelajaran 2016/2017 yang bertempat di ruang Laboratorium IPA dan dihadiri oleh para tamu undangan seperti Kepala Desa Sejahtera Mulya, perwakilan Komite SMP Negeri 5 Satu Atap Satui, dan para orang tua/wali siswa kelas IX. Acara perpisahan yang mengambil tema “ GENERASI MUDA YANG INSPIRATIF, KREATIF DAN BERAKHLAK MULIA DALAM MEMBANGUN BANGSA” kali ini pun berlangsung tertib dan khidmat yang dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian dilanjutkan dengan sambutan diantaranya dari , Ibu Bernah, S.Pd sebagai kepala SMP Negeri 5 Satu Atap Satui, dilanjutkan oleh Bapak Syafrani selaku kepala Desa Sejahtera Mulya, Ibu NorLaela sebagai perwakilan Komite SMP Negeri 5 Satu Atap Satui dan terakhir oleh Bapak Erwansyah, S.Pd sebagai panitia  dan juga selaku Wali Kelas IX.

Acara Perpisahan kelas IX yang dihadiri oleh tamu undangan

Sambutan dari Ibu Bernah, S.Pd sebagai kepala SMP Negeri 5 Satu Atap Satui

  
Sambutan dari Bapak Syafrani selaku kepala Desa Sejahtera Mulya

Sambutan dari Bapak Erwansyah, S.Pd sebagai panitia  dan juga selaku Wali Kelas IX
Adapun hal yang menarik oleh penulis dalam sambutan di atas yaitu dari Bapak Syafrani, Kepala Desa Sejahtera Mulya. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa setiap pendidik di sekolah khususnya guru tidak salah kalau tegas dalam mendidik siswanya. Tetapi tegas bukan berarti harus mengutamakan kekerasan apalagi yang sifatnya fisik dan menjadi kasus. Marah pun bisa diartikan tegas jika bisa membuat siswanya menjadi hormat terhadap gurunya. Ketegasan dalam mendidik juga diperlukan dalam membangun dan meningkatkan karakter siswa yang harus sejalan dengan tata krama dalam masyarakat di negara kita ini.
Adapun acara inti pada perpisahan tersebut meliputi :
- Sambutan perwakilan siswa kelas IX yang akan meninggalkan
- Sambutan perwakilan adik kelas / siswa yang ditinggalkan
- Paduan suara dari kelas IX dengan lagu Hymne Guru dan Terima Kasihku
- Pentas seni dan silat dari siswa kelas VII dan VIII
- Jabat tangan dan saling meminta maaf dan kerelaan dari siswa kelas IX dengan semua pendidik yang ada di SMP Negeri 5 Satu Atap Satui. Di acara  yang terakhir ini beberapa siswa kelas IX  dan guru ada yang tidak bisa  menahan kesedihan karena terbawa suasana. Tetapi penulis masih bisa  menahan kok 😋.

Berbagai acara inti pada acara




Para guru dan undangan berfoto bersama

Pesan penulis kepada siswa kelas IX yang sebentar lagi akan meninggalkan SMP kita ini sebenarnya sedikit sama sih dengan inti sambutan dari Bapak Erwansyah, S.Pd sebagai panitia  dan juga selaku Wali Kelas IX bahwa jangan sampai di sini saja pendidikan yang harus ditempuh. Lanjutkan lah lagi menimba ilmu ke jenjang sekolah tingkat atas karena ilmu juga akan menjadi bekal penting untuk menuju karir pekerjaan yang lebih baik ke depannya.  Dan jangan lupa kita ini tidak ada yang namanya “mantan siswa apalagi mantan guru”. Jadi kalau bertemu dan orang lain bertanya siapa sebut saja “beliau ini adalah guruku saat aku di SMP dan sampai sekarang beliau tetap guruku”. Bagi kami sebagai guru juga sama.
Kemudian pesan yang tak kalah penting juga oleh penulis bagi siswa yang lulus nanti jikalau bertemu dengan gurunya tegurlah beliau meskipun cuma sebatas senyum ataupun membunyikan klakson sepeda motor saat berpapasan. Maka sang guru pun akan bahagia sekali cukup dengan itu saja. Apalagi kalau guru itu diajak ngobrol. Jangan sampai baru beberapa bulan lulus saat berpapasan di jalan pun tidak pernah menoleh ke gurunya. Akhir-akhir ini sering ada beberapa murid yang sudah lulus seperti itu. Miris sekali melihatnya apalagi memikirkannya. Karena harapan seorang guru itu adalah bisa diingat dan dikenang oleh siswanya apalagi kalau siswanya itu sudah menjadi orang penting







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilema

SMP Negeri 5 Satu Atap Satui ada di daerah ring 1 perusahaan besar tambang emas hitam (batu bara) yang melimpah, tetapi bantuan yang diterima tidak semelimpah emas hitam tersebut, karena ternyata setelah 12 tahun berdiri hanya memiliki 2 gedung kelas , 1 gedung perpustakaan dan 1 gedung Lab IPA yang semuanya bangunan pemerintah, sementara perusahaan yang ada disekitarnya baru bisa membantu listrik dari PT Wahana, transportasi bus dari PT Arutmin. Padahal masih banyak memerlukan bangunan seperti (ruang kelas, kantor, pagar, gapura, mushola). Untuk sarana komputer untuk belajar siswa juga belum memiliki apalagi ruang komputernya. Semoga ini menjadi renungan bagi semua pihak.